Senin

SAKIT YANG DI IKUTI DENGAN KESABARAN
bismillahhiRRahmaniRRahim

Dan, di antaRa tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang beRlayaR) di laut sepeRti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu teRhenti di peRmukaan laut. Sesungguhnya pada  yang demikian itu teRdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap ORang yang beRsabaR dan banyak beRsyukuR".
[Asy-SyuRa, 26 : 32-33]
PERTAMA

" Apa yang paling berat di dunia ini ? "

Yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH " ( Al-ahzab 72 )tumbuh tumbuhan,binatang,gunung,dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah di dunia ini.tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT,sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.
Al-Ahzab-72

KE DUA 
" Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ? "
yang paling jauh adalah" MASA LALU ".walau dengan cara apapun,kita tidak dapat kembali ke masa lalu.oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama. 

KE TIGA
" Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?"
yang paling dekat dengan kita adalah " MATI " sebab itu sebenar benarnya janji Allah SWT,bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Ali-Imran 185 ) 

Ali Imran-185 
sakit = menggugurkan kesalahan
@ sabar di kala sakit = penghuni surga
@ di catat amal di kala sehat
@ DOA MOHON KESEMBUHAN DAN KESEHATAN

[DOA] mOhOn kesembuhan dan kesehatan

“…(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”(QS. Asy Syu’araa’, 6 : 78-82)
اللهم عافني في بدني اللهم عافني سمعي اللهم عافني بصري
اللهم إني أعوذبك من الكفر والفقر. اللهم إني أعوذبك من عذاب القبر لا إله إلا أنت
Allahumma ‘afnii fii badanii, Allahumma ‘afnii sama’ii, Allahumma ‘afnii basharii, Allahumma inni A’udzubika minal kufuri wal faqri. Allahumma inni a’udzubika min ‘adzaabil qabri. Laa ilaaha illa anta.
“Ya Allah sembuhkan badanku, Ya Allah sembuhkanlah pendengaranku. Ya Allah sembuhkan penglihatanku. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab Kubur. Tiada tuhan selain Engkau.”(H.R. Abu Daud )
أسألك العفو و العافية وحسن اليقين والمعافاة فى الدنيا والأخرة
“Aku bermohon kepada-Mu ampunan, kesehatan, baiknya keyakinan. Dan sembuhkanlah aku (dari sakit) di dunia dan akhirat.” (H.R. An-Nasai)Adab ketika Sakit
1. Penyakit itu cobaan dari Allah, maka harus diterima dengan ikhlas
2. Bersabar akan membantu kesembuhan
3. Tetap salat dengan sekemampuannya
4. Selalu berdzikir kepada Allah
5. Berusaha mengobati penyakitnya
6. Tidak berobat kepada dukun atau paranormal
7. Memohon kesembuhan dengan banyak berdoa
SAKIT=MENGGUGURKAN KESALAHAN
  • Imam BukhaRi dan Muslim mengetengahkan sebuah Riwayat, bahwa Rasulullah saw telah beRsabda: "Tiadalah mu sibah yang menimpa ORang beRiman, baik beRupa sakit, sedih, susah, maupun teRkena duRi kakinya, kecuali Allah akan menjadikannya sebagai tebusan (kafaRat) atas peRbuatan dOsa yang telah dilakukannya."
  • DaRi Ummu Al-Ala’, dia beRkata : "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau beRkata. ‘GembiRakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya ORang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kOtORan emas dan peRak". (Isnadnya Shahih, ditakhRij Abu Daud, hadits nOmOR 3092)
  • “Tidaklah seORang muslim mendeRita sakit kaRena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah mengguguRkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pOhOn yang mengguguRkan daun-daunnya". (DitakhRij Al-BukhaRi, 7/149. Muslim 16/127)
    SabaR di kala sakit = Penghuni SuRga

  •    DaRi Atha' bin Abu Rabbah, dia beRkata. "Ibnu Abbas peRnah beRkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seORang wanita penghuni sORga ? Aku menjawab. 'Ya'. Dia (Ibnu Abbas) beRkata. "Wanita beRkulit hitam itu peRnah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seRaya beRkata. 'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auRatku) teRbuka. Maka beRdOalah bagi diRiku. Beliau beRkata. 'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa beRsabaR dan bagimu adalah sORga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa beRdO'a sendiRi kepada Allah hingga Dia membeRimu fiat'. Lalu wanita itu beRkata. 'Aku akan beRsabaR. Wanita itu beRkata lagi. 'Sesungguhnya (auRatku) teRbuka. Maka beRdO'alah kepada Allah bagi diRiku agaR (auRatku) tidak teRbuka'. Maka beliau pun beRdOa bagi wanita teRsebut". (DitakhRij Al-BukhaRi 7/150. Muslim 16/131)
  • Dicatat amal di kala sehat
  •  DaRi abu musa Al asyaRi Ra ia beRkata ; Rasulullah saw beRsabda; apabila seseORang mendeRita sakit  atau sedang bepeRgian , maka dicatatlah pahala baginya amal peRbuatan yang biasa dikeRjakan pada waktu tidak bepeRgian dan pada waktu sehat (HR bukhaRi)
  • Sabar adalah kegigihan kita untuk tetap berpegang teguh kepada ketetapan Allah. Jadi kesabaran itu adalah sebuah proses aktif, kombinasi antara ridho dan ikhtiar. Kesabaran bukan proses diam dan pasif melainkan proses aktif yaitu akal aktif, tubuh aktif dan iman yang aktif. Justru dari musibah yang disikapi dengan sabar akan lahir rahmat dan tuntunan dari Allah. "Mintalah dengan Kesabaran dan Solat, sesungguhnya Allah bersama dengan Golongan yang Sabar (as Saabiriin)"
  • Jadikanlah sabar dan sholat sebagai kunci pembuka pertolongan Allah. Bagaimana sabar menghadapi sakit? Yang pertama, kalau kita suatu saat diuji dengan sakit, kita harus sadar bahwa kesabaran pertama yang harus dimiliki adalah sabar Husnuzon (berbaik sangka) kepada Allah, karena seburuk-buruk perilaku adalah berburuk sangka kepada Allah. Husnuzon karena tubuh kita adalah milik Allah, bukan milik kita. Kalau Allah mau membuat penyakit pada diri kita, sehebat apapun diri kita tetap sakit. Allah berkuasa terhadap diri kita dan Allah mudah berbuata apa saja. “Allah Tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya.” Yang menciptakan semua syaraf kita adalah Allah dan Allah tahu rasa sakit yang kita pikul karena dia yang menciptakan sakit. Sabar yang kedua adalah sabar untuk tidak mengeluh. Sebenarnya menceritakan penderitaan kita kepada orang lain adalah mencerminkan ketidaksabaran, apalagi jika kita menceritakan sesuatu seakan lebih dari kenyataan. Hati – hati menceritakan penderitaan kepada orang lain sebab jika tidak hati-hati bisa menjadi kufur nikmat, sepertinya mengadukan perbuatan Allah yang Maha Agung kepada manusia, mahluk yang lemah. Jangan keluh kesah apalagi sampai mendramatisir, jangan sampai memprotes perbuatan Allah yang Maha Adil. Sakit tidak membuat seseorang jadi hina kalau disikapi dengan akhlak yang mulia. Sabar yang ketiga adalah sabar menafakuri hikmah sakit. Tidak ada perbuatan Allah yang sia-sia, semua presisi. Setiap sakit itu ada hikmahnya, maka evaluasi dan renungkanlah, mungkin kita terlalu sibuk, dikasih sakit, sehingga kita bisa istirahat. Kita sakit berada di kamar, bayangkan saudara kita yang sakit dikolong jembatan, yang tidak punya tempat tidur. Tafakuri, ketika kita gagah dan hebat, dikasih sakit diare saja bisa menjadi lemas. Harusnya setiap sakit dapat meningkatkan kesadaran kita bahwa kesehatan itu amat berharga. Sabar yang keempat adalah bersabar ketika ikhtiar. Ketahuilah bahwa yang menyembuhkan itu bukan dokter, bukan paranormal, yang menyembuhkan itu hanya Allah, karena Dia yang paling tahu penyakit kita, “Tiada musibah menimpa kecuali karena izin Allah.” Ketika kita sudah berobat ke sana sini tapi tidak juga sembuh, tidak akan rugi sebab akan menjadi amal. Barang siapa ridho kepada ketentuan Allah, maka Allah akan ridho, hidup terus maju, ikhtiar saja. Sabar yang kelima, sabar untuk berniat sembuh dan punya niat untuk beribadah. Milikilah tekad untuk mengisi rasa sehat yang Allah karuniakan dengan meningkatkan ibadah dan bertaubatlah. Alloh berfirman, yang artinya, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS: Al A’rof: 23) Disarikan dari berbagai sumber.
  • KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN Oleh
  • Majdi As-Sayyid Ibrahim  "Artinya : Dari Ummu Al-Ala', dia berkata :"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjenguk-ku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak". [1] Wahai Ukhti Mukminah ! Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?
  • Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala' Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.
  • Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana firman Allah.
  • "Artinya : Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur". [Asy-Syura : 32-33] Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya. "Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". [Al-Baqarah : 177] Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya. "Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar". [Ali Imran : 146] Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya. "Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". [An-Nahl : 96] "Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". [Az-Zumar : 10] Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah. "Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan) :'Salamun 'alaikum bima shabartum'. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu" [Ar-Ra'd : 23-24] Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak ? Sedangkan orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik ?. Dari Shuhaib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya". [2] Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih ringan. Perhatikalah riwayat ini. "Artinya : Dari Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?. Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya".[3] "Artinya : Dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku memasuki tempat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata.'Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimi'. Beliau berkata :'Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami'. Aku bertanya.'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?. Beliau menjawab. 'Para nabi. Aku bertanya. 'Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?. Beliau menjawab.'Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan". [4] Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : "Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun". [5] Selagi engkau bertanya :"Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb.?". Dapat kami jawab :"Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang Mukmin dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Ummul 'Ala dan Abdullah bin Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud pernah berkata."Aku memasuki tempat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata.'Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata."Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam". Abdullah bin Mas'ud berkata."Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?" Beliau menjawab. "Benar". Kemudian beliau berkata."Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". [6] Dari Abi Sa'id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata. "Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya". [7] Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala. Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. "Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran". Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit. Perhatikanlah riwayat berikut ini. "Artinya : Dari Atha' bin Abu Rabbah, dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga .?. Aku menjawab. 'Ya'. Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata.'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata.'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu afiat'. Lalu wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka'. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". [8] Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk bersabar menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engka ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga. Diantara jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar. Dari Anas bin Malik, dia berkata."Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata. "Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman.'Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga" [9] Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya."Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu .?" Sebagian orang Salaf yang shalih berkata :"Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya". Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga. Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. "Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah, menyembunyikan merahasiakan) shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan menyembunyikan sakit". Ukhti Muslimah ! Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : "Asy-Syaibany pernah berkata.'Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata.'Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata.'Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. Kalau dia seorang teman, berarti engkau berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini,'sambil menunjuk ke arah matanya', demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) :"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku". Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do'a". [Al-Aqdud-Farid, 2/282] Abud-Darda' Radhiyallahu anhu berkata. "Apabila Allah telah menetapkan suatu taqdir,maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai taqdir-Nya". [Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125] Perbaharuilah imanmu dengan lafazh La ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali engkau katakan :"Andaikan saja hal ini tidak terjadi", tatkala menghadapi taqdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah. [Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa, Edisi Indonesia Lima Puluh Wasiat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita, Pengarang Majdi As-Sayyid Ibrahim, Penerjemah Kathur Suhardi, Terbitan Pustaka Al-Kautsar]  _________ Menurut Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan manusia yang paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya senang. dan tidak dapat melihat keburukan sehingga dia bisa menghindarinya
    Syukur Saat Sehat, Sabar Saat Sakit
    Terdengar alarm tanda waktu pulang kerja. Aku segera merapikan tumpukan dokumen di meja kerja, mengunci laci meja dan mematikan komputer. Kemudian menuju mesin absensi yang selalu setia melakukan identifikasi sidik jari tangan saat masuk kerja dan pulang kerja. Sore itu, sebelum pulang ke rumah aku akan mampir ke sebuah rumah sakit untuk menjenguk seorang tetangga dekat rumah yang menjalani rawat inap. Beberapa menit sebelum jam kerja berakhir, aku sempat mengirim sms untuk isteriku, memberitahukan bahwa kepulanganku ke rumah agak terlambat karena menjenguk tetanggaku itu. Allah SWT memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada tetangga, sesuai firman-Nya: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. " (QS An Nisaa' [4]: 36 ). Beberapa hadis Rasulullah SAW juga mengingatkan kita untuk menghormati tetangga, tidak menyakiti tetangga dan memenuhi hak tetangga. Salah satu hak tetangga yang harus dipenuhi adalah menjenguknya jika sakit. Setiba di lobby ruang rawat inap yang sangat bersih dan nyaman, aku menanyakan lokasi ruang rawat inap tetanggaku kepada seorang petugas medis yang bertugas. Ia menjawab dengan ramah dan menunjukkan lokasi ruang rawat inap yang kumaksud. Rumah sakit yang bersih dan nyaman disertai keramah tamahan dokter, petugas medis, petugas kebersihan atau petugas lain merupakan harapan setiap pasien yang sedang berobat. Hal ini akan membantu proses penyembuhan penyakit atas izin-Nya. “ Ada dua nikmat yang banyak orang lalai mensyukurinya yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu” (HR Bukhari). Nikmat sehat merupakan karunia dari Allah SWT, dan sering dianggap sebagai suatu hal yang biasa saja, sehingga kita lalai untuk bersyukur kepada-Nya. Biasanya, kesadaran akan besarnya nikmat sehat baru timbul pada saat kita mengalami sakit. Pada saat terbaring sakit, betapa lemah dan tidak berdayanya kita. Dalam kondisi seperti, kita akan mengalami kesulitan untuk melakukan berbagai aktivitas dengan baik, termasuk melakukan ibadah wajib seperti sholat lima waktu. Namun, Allah SWT memberikan keringanan-keringanan saat kita mengalami sakit. Jika tidak bisa berdiri karena kondisi badan lemah ketika sakit, kita boleh sholat sambil duduk. Begitu juga dengan puasa wajib di bulan Ramadhan, jika sakit, kita diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Dengan konsekuensi mengganti puasa pada hari yang lain. Allah SWT menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran bagi hamba-Nya dalam beribadah. Allah berfirman: “ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu “ (QS Al-Baqarah [2]: 168). Ayat di atas merupakan peringatan dari Allah SWT yang harus kita perhatikan. Makan makanan yang halal dan baik sesuai kebutuhan tubuh. Tidak berlebihan. Banyak penyakit yang diakibatkan oleh faktor makanan. Puasa wajib di bulan Ramadhan dan puasa sunnah yang dilakukan secara rutin akan memberi manfaat yang banyak terhadap kesehatan tubuh. Para ahli kesehatan telah melakukan penelitian terkait dengan puasa dan bisa membuktikannya secara ilmiah kedokteran. Melakukan olahraga secara teratur adalah cara untuk menjaga kesehatan diri kita. Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita beberapa jenis olahraga. Beliau sering melakukan beberapa jenis olahraga, yaitu berenang, lari, gulat, panahan, anggar dan pacuan kuda (HR Baihaqi, Hakim, Abu Dawud dan Bukhari). Jangan memaksakan diri kita untuk berolahraga di luar kemampuan. Bagaimanapun juga, tubuh memerlukan istirahat dengan tidur yang cukup dan teratur. Di samping itu, memelihara kebersihan lingkungan merupakan amanah dan tanggung jawab yang harus kita laksanakan secara konsisten. Banyak penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang tidak kondusif ditinjau dari aspek kesehatan. Sampah yang tidak tertangani dengan baik, saluran air pembuangan yang tidak lancar mengalir, ventilasi dan pencahayaan matahari yang kurang dalam rumah merupakan contoh penyebab munculnya berbagai penyakit. Hewan peliharaan dan kandangnya juga memerlukan penanganan kebersihan secara rutin. Dan apabila aku sakit, Dia -lah yang menyembuhkan aku” (QS Asy Syu’araa’ [26]: 80). Jika Allah SWT memberikan ujian berupa sakit, ikhtiar harus dilakukan dengan berobat kepada yang ahli dalam bidang pengobatan melalui cara pengobatan yang sesuai dengan syariat. Tentu diisertai do’a mohon kesembuhan kepada-Nya. Kita harus bersabar dan menyadari bahwa sakit yang kita alami adalah kehendak-Nya. Bisa jadi sakit yang dialami sebagai kafarat atau penghapus dosa dan kesalahan kita. ''Tidaklah menimpa seorang mukmin satu kepayahan pun, tidak pula sakit yang terus-menerus, tidak pula kecemasan, kesedihan, gangguan, dan tidak pula kesusahan sampai-sampai duri yang menusuknya, kecuali dengan semua itu Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya. '' (HR Bukhari dan Muslim).  Bontang, 6 Syawal 1428 H/ 18 Oktober 2007
    Ibnu Taimiyah pernah memberikan pelajaran yang sangat indah tentang sabar di kala sakit.
    Beliau rahimahullah berkata,
    Sabar yang indah (yang baik) adalah seseorang bersabar tanpa mengeluh (merintih) rasa sakit pada makhluk. Oleh karena itu, pernah dibacakan kepada Imam Ahmad bin Hambal kala ia sakit bahwa Thowus sangat tidak suka merintih tatkala sakit. Setelah itu Imam Ahmad tidak pernah mengeluh lagi (pada makhluk dengan merintih sakit) sampai waktu ia meninggal dunia.
    Adapun mengeluh kepada Allah, Sang Khaliq maka itu tidak menafikan sabar yang jamil (yang indah). Bahkan Ya’qub pernah berkata,
    فَصَبْرٌ جَمِيلٌ
    Bersabarlah dengan sabar yang baik” (QS. Yusuf: 18)
    Ya'qub berkata,
    إنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إلَى اللَّهِ
    "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86)
    Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 10/183-184.
    Written on 12 Dzulqo’dah 1431 H (21/10/2010), in KSU, Riyadh, KSA
    -perbanyak amal menujusurga-
Google

Tidak ada komentar: